Ini Cara Banyuwangi Ajak Pelaku Perjuangan Kopi Naik Kelas
Minggu, 21 Oktober 2018
Tulis Komentar
Konten [Tampil]
Banyuwangi -Sebanyak 150 anak muda peminat perjuangan dan pencinta kopi Banyuwangi mengikuti training pemrosesan kopi. Pelatihan ini digelar dalam rangkaian Coffee Processing Festival.
"Saat ini kopi lagi jadi tren. Sampai-sampai ada banyak lontaran yang viral soal kopi, menyerupai ayo ngopi biar enggak salah paham, dipikir sambil ngopi, berpengaruh dilakoni jika enggak berpengaruh ditinggal ngopi. Itu menyampaikan tumbuhnya kebiasaan minum kopi di masyarakat. Ada peluang besar menumbuhkan wirausahawan kopi sekaligus memberdayakan petani," ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas kepada detikcom, Rabu (17/10/2018).
Dari catatan Anas, produksi kopi Banyuwangi dikala ini juga telah berkisar 9.000 ton pertahun dengan luasan lahan hampir 8.500 hektar yang tersebar di Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Glenmore, Kalibaru, hingga Pesanggaran.
"Penjualan kopi, baik di warung kopi, kafe, maupun online, terus meningkat," tambahnya.
Anas mengatakan, training ini digelar untuk meningkatkan daya saing dan kualitas produk kopi Banyuwangi. "Kami ingin ada transfer knowledge dari hebat kopi kepada penggiat kopi sehingga mereka sanggup naik kelas," tandasnya.
"Ke depan kopi-kopi rakyat ini tidak hanya dijual kopinya, tapi sanggup dijual dengan merk yang mempunyai bernilai hemat tinggi. Sehingga wisatawan yang ke Banyuwangi sanggup menikmati kopi rakyat rasa bintang lima," lanjutnya.
Foto: Istimewa |
Pelatihan tersebut disambut antusias para penerima yang terdiri atas pekebun kopi, pegiat kopi, dan industri kecil menengah (IKM) kopi. Mereka mempelajari aneka macam teknik pengolahan pascapanen dari pakar dan praktisi kopi, mulai dari pengenalan dan identifikasi kopi, perambangan, sortasi, pulper, pengeringan honey process, hingga teknik brewing dan latte art.
Salah seorang pemateri, Yusianto, peneliti pascapanen kopi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menekankan pentingnya proses pengolahan kopi yang baik, mulai dari pemilihan biji yang berkualitas hingga pengolahannya.
Yusianto juga berpesan kepada warga yang berniat bisnis kopi untuk memperhatikan pangsa pasar secara spesifik. "Jangan konsumen dipaksa seperti penikmat kopi sejati, kemudian hanya menyediakan kopi hitam. Kedainya bakal susah berkembang," tandasnya.
Para penerima juga sanggup ilmu menyangrai (roasting) kopi dari roaster kopi Emir Yusuf, juara Festival Kopi Nusantara.
"Dibanding menyangrai manual, hasil roasting lebih sanggup dikontrol dan sanggup efisien. Kalau manual dengan api, satu kilogram sanggup memakan waktu 30 menit, dengan mesin ini 18 menit," ujarnya.
Foto: Istimewa |
Para penerima pun merasa puas dengan bahan yang diberikan. Suhartini, pekebun kopi asal Kecamatan Kalibaru, bahagia alasannya yaitu menerima teknik dasar mengolah kopi.
"Ternyata banyak yang harus saya perbaiki dalam perjuangan kopi. Seperti petik kopi yang selama ini asal petik saja sehingga alhasil tidak maksimal. Begitu juga cara menyangrai, ternyata ada teknik khusus," tutur Suhartini yang juga mempunyai kedai kopi.
Pelatihan ini juga membuka mata Suhartini untuk terus meningkatkan kualitas pemrosesan kopi supaya sanggup menghasilkan dampak ekonomi yang lebih optimal.
"Saya sudah sanggup pesanan dari Cina. Tapi kopi saya proses otodidak. Teknik yang saya pelajari dua hari ini niscaya jadi bekal untuk meningkatkan produksi dan kualitas kopi. Saya lebih percaya diri menyambut pesanan selanjutnya," jelasnya.
Tak hanya pekebun atau pengusaha kopi, training ini juga menarik perhatian seorang ibu rumah tangga berjulukan Rohanna. Ia mengaku sudah satu tahun terakhir ingin membuka kedai kopi.
"Pelatihan ini memantapkan saya untuk segera berbisnis kopi. Apalagi di sini saya banyak berguru dari praktisi dan pekebun kopi. Besok saya ke Gombengsari, menjajaki kolaborasi dengan pekebun sekaligus berguru sangrai manual," ujarnya.
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Ini Cara Banyuwangi Ajak Pelaku Perjuangan Kopi Naik Kelas"
Posting Komentar