Insinyur Jerman Akui Keunggulan Teknologi Industri China
Berlin -
Stefan Bachmeier masih mengingat masa keemasan produsen mesin Jerman di Cina. Dia bekerja untuk sebuah perusahaan berjulukan Kaeser Kompressoren, sebuah perusahaan menengah dari Coburg, Jerman. Perusahaan ini mempunyai 5.000 tenaga kerja dan berspesialisasi dalam teknologi udara bertekanan.
"Saya ingat saat-saat ketika Anda hanya perlu menyampaikan 'lihat, ini yakni mesin Jerman,'" katanya. "Klien akan membayar, ada sedikit tawar-menawar harga. Tetapi masa-masa itu telah berlalu," tambah Bachmeier, yang menjadi supervisor bisnis perusahaan itu di Asia.
Meskipun label "Made in Germany" masih sangat dihargai, itu bukan lagi nilai jual yang unik. "Orang-orang Cina telah menjadi sangat percaya diri dan nasionalis ketika ini," kata Bachmeier kepada DW, "dan mereka sangat serius dengan kampanye 'Made in China' mereka."
Bachmeier menyampaikan kualitas produk dari Cina telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Ia juga menyampaikan bahwa meskipun mesin mereka masih kurang efisien dan kuat, mereka "tidak jelek sama sekali" dan bisa memenuhi kebutuhan pasar domestik.
Berbicara kepada DW di pekan raya industri Hannover, Bachmeier menyebutkan perusahaannya berulang tahun ke-100 tahun ini. "Stan kami di pekan raya dulu selalu diramaikan oleh pebisnis Cina yang ingin membeli sesuatu, tetapi hari ini mereka menyuruh Anda tiba ke Cina kalau Anda ingin menjual sesuatu kepada mereka."
Jerman tertinggal di infrastruktur?
Cen Guojian, pendiri perusahaan produsen gigi motor Zhongda Leader dari Ningbo, Cina, menyampaikan bahwa belum usang ini penerima pekan raya dari negaranya tidak terlalu diperhatikan di pameran, tetapi sekarang mereka menjadi sentra perhatian.
Zhongda Leader yakni salah satu dari 1.500 perusahaan Cina yang hadir di pekan raya Hannover Messe. Perusahaan ini mulai dengan hanya lima karyawan pada tahun 2006 dan semenjak itu bermetamorfosis perusahaan dengan 1.400 pekerja. Cen percaya bahwa Cina masih mempunyai jalan panjang sebelum menjadi pemimpin global. "Tetapi sejauh menyangkut infrastruktur, kami telah jauh meninggalkan Jerman. Di Jerman, masih ada tempat-tempat tanpa kanal internet - itu mustahil terjadi di Cina," tambahnya.
Fang Weizhong oke bahwa situasinya sekarang berubah. "Sekitar 10 tahun yang lalu, pengunjung dari Cina akan kagum dengan apa yang sedang diproduksi, misalnya, di pabrik Siemens," kata CEO Easitech itu. Easitech yakni perusahaan yang memproduksi mesin untuk kendaraan beroda empat listrik. "Saat ini, banyak pabrik Jerman yang terlihat tidak menarik kalau dibandingkan dengan pabrik Cina."
Cina yakni pasar terbesar di dunia untuk kendaraan listrik. Tahun kemudian saja, sekitar 1,3 juta unit terjual di negara Asia, sementara hanya sekitar 70.000 unit diproduksi di Jerman pada tahun 2018. Ini berarti bahwa sebagian besar mesin Easitech dijual kepada pelanggan Cina, kata Fang.
Tetapi kalau Anda melihat stand Easitech di pekan raya Hannover Messe dengan lebih seksama, Anda juga akan sanggup melihat robot dari perusahaan Swiss ABB. "Di sini lah letak kelemahan kami," kata Fang. "Kami masih membutuhkan perangkat keras dari negara-negara industri terkemuka untuk menciptakan produk kami. Dia juga mengungkapkan bahwa Cina perlu banyak mengejar ketinggalan dalam hal training pekerja terampil."
Persaingan semakin ketat
Kesenjangan dalam bidang robotika antara Cina dan para pesaingnya telah berkurang dengan nyata, terutama di bidang robot konstruksi ringan, atau cobot (disingkat dari "construction robot"-red). Cobot diartikan sebagai robot yang bekerja bersama dengan insan sebagai rekan kerja, kata Gerald Vogt, yang mengepalai segmen robotika di perusahaan teknik Swiss, Stäubli.
"Sudah ada 40-50 produsen cobot di Cina, banyak dari mereka pemula," kata Vogt. "Pemerintah Cina memompa subsidi dalam jumlah besar ke bisnis tersebut. Sekitar sepertiga dari semua robot yang dijual di Cina ketika ini bersama-sama diproduksi oleh perusahaan Cina sendiri."
Hanya ada satu hal yang bisa dilakukan perusahaan Eropa untuk tetap kompetitif. "Sangat penting bagi kita untuk tetap menjadi inovatif dan mempercepat proses pengembangan," kata Vogt kepada DW. "Mungkin Cina masih ketinggalan dalam hal parameter kinerja robot mereka, tetapi mereka memasarkan produk mereka dengan sangat cepat."
Stefan Bachmeier dari Kaeser Kompressoren percaya bahwa peningkatan yang stabil dibutuhkan untuk tetap unggul dalam bisnis ini. Dia memandang Industri 4.0 sebagai peluang besar, meskipun proses digitalisasi menjadi hal yang sulit bagi perusahaan kecil dan menengah.
"Jika kita hanya menciptakan mesin, kita akan menemui jalan buntu - meskipun mesin bisa terus dikembangkan untuk menjadi lebih baik," katanya. "Tetapi Industri 4.0 berarti kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak, dan itu sanggup memberi kita keunggulan dibandingkan pesaing kita."
na/ts (dw)
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Insinyur Jerman Akui Keunggulan Teknologi Industri China"
Posting Komentar