Tekun Dan Kerja Keras, Yanto Sukses Jadi Juragan Ikan Di Jatiluhur
Jakarta -
"Jika mau berbisnis, modal uang itu bukan nomor satu, sanggup nomor dua, tiga, empat dan seterusnya. Nomor satu itu kemauan, kerja keras, ulet dan jujur. Pasti ada jalan," ujar Yanto, sarjana teknik sipil yang kini sukses menjadi pengusaha tambak ikan dan pakan ikan di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Saat ini, laki-laki berjulukan lengkap Ir. Yanto Sugianto ini sudah mempunyai sekitar 120 kolam apung daerah pembiakan ikan mas dan nila di Waduk Jatiluhur. Sekali panen ia sanggup menjual 50 ton ikan. Pada ekspresi dominan hujan di mana produksi ikan lebih sedikit, ia masih sanggup menjual sekitar 20-30 ton ikan.
Ayah empat orang anak ini kini juga berekspansi dengan menjadi agen pakan ikan. Ada tiga merek yang didistribusikannya yaitu Cargill, Charoen Pokphand dan Japfa. Kemudian ia pun mempunyai kawan perjuangan petani ikan sebanyak 130 orang.
Tidak ada yang tahu, kesuksesan nya menjadi 'juragan ikan' menyerupai dikala ini dimulai dengan modal uang yang sangat minim. Hanya Rp 4 juta saja. Saat itu, pengetahuannya soal perikanan air tawar juga masih minim.
Yanto sebelumnya bekerja di sebuah pabrik tekstil milik pengusaha asal Taiwan di Purwakarta. Lulus kuliah, ia eksklusif dipercaya menjadi satu-satunya teknisi lokal di perusahaan tersebut. Namun, lantaran penat dengan jadwal kerja yang padat ia hanya bertahan 2,5 tahun saja di pabrik tersebut.
Ket. Foto: Tumpukan karung pakan ikan di gudangnya selalu ludes dalam satu hari
"Saat saya memulai perjuangan itu tidak muluk-muluk, hanya ingin buat makan sehari-hari. Sempat juga frustrasi, hingga ingin jadi TKI ke luar negeri. Tapi kemudian saya menerima ide. Rumah saya kan akrab dengan Waduk Jatiluhur, kemudian lihat-lihat balasannya terpikir buat perjuangan pembiakan ikan. Mulainya dengan dua kolam saja. Itu pun sewa bukan punya sendiri," kisahnya.
Bukan kebanggaan atas keberaniannya memulai perjuangan yang diperoleh dikala itu, melainkan protes dan cemoohan. Banyak kerabat yang menyayangkan keputusannya meninggalkan pabrik. Menurut mereka buat apa Yanto sekolah tinggi-tinggi hingga jadi sarjana kalau balasannya malah menjalani profesi sebagai petani ikan, menunggui kolam dan memberi makan ikan.
Cemoohan tersebut tidak menyurutkan semangatnya, malah semakin memacu dirinya untuk terus bekerja keras. Bermodal sepeda motor, ia berangkat ke Subang membeli bibit ikan. Setiap hari kegiatannya diisi dengan menjaga dan memberi makan ikan-ikan yang diternaknya.
Kegiatannya sehari-hari pun sangat berat. Menggunakan perahu, ia berangkat ke lokasi daerah kolam-kolamnya berada. Memberi makan ikan hingga lima kali sehari, menjaga kolam hingga subuh, kembali ke rumah untuk sarapan dan kembali lagi ke kolam.
"Pernah suatu hari hujan badai, saya masih berada di dalam rumah apung di antara kolam-kolam saya.Gelombang air tinggi sampai-sampai rumah bergoyang. Air hingga masuk. Saya benar-benar ketakutan dan hanya sanggup meringkuk di pojok. Tapi itu pengalaman," dongeng laki-laki yang mengidolakan sosok Rhenald Kasali ini.
Ket. Foto: Bersama istrinya, Endang Harsanti dan Dimas, anak sulungnya
Selain cemoohan, cobaan yang membuatnya merugi sempat dialami. Tahun 1996, ada sebuah peristiwa arus balik (upwelling) yang melanda. Musim hujan berkepanjangan dan pergerakan angin menjadi sebabnya. Air kolam menjadi hangat di dalam, namun masbodoh di permukaan. Kadar oksigen dalam air pun menurun. Hanya 25 kg ikan yang tersisa. Lainnya mati.
Belum selesai ia menutupi kerugian jawaban peristiwa tersebut, tahun 1998 krisis moneter melanda. Harga pakan ikan melonjak, sementara daya beli konsumen menurun. Akhirnya ia terpaksa menjual ikan-ikannya dengan harga murah meski harus merugi. Ia pun sementara harus meninggalkan perjuangan pembiakan ikannya.
"Peluang kembali tiba untuk saya paska krisis. Banyak orang dari Jakarta yang berinvestasi tambak ikan dari uang PHK yang diterima mereka. Sebagai lulusan teknik sipil saya coba-coba saja membantu menciptakan kolam apung untuk mereka. Hasilnya lumayan," ungkapnya lagi.
Baru lah pada tahun 2006, memakai modal yang diperolehnya dari menciptakan kolam dan menjual bandul pemberat kolam, ia memulai kembali perjuangan tambak ikannya. Tahun 2009 ia meluaskan sayap sebagai agen pakan ikan. Nama CV Jatiluhur Mas dipakainya atas saran dari supir kendaraan beroda empat pick-up yang dikala itu bekerja padanya. Usahanya terus berkembang hingga ia meraih posisinya dikala ini.
Ia sadar kesuksesannya dikala ini, selain berasal dari kerja keras dan tekadnya juga sanggup diperoleh lantaran sumbangan aneka macam pihak. Salah satunya ialah BCA, bank yang dipercayanya selama ini. "Saya sudah banyak sekali memanfaatkan produk dan layanan BCA yang mendorong perkembangan perjuangan saya. Layanan yang diberikan dari dulu hingga kini sangat memuaskan, cepat dan selalu memberi solusi," katanya.
Selain itu, tak kalah penting ialah sumbangan keluarga. Yanto sangat berterimakasih pada keluarganya yaitu istri dan bawah umur yang dengan sabar mendukung segala upaya yang dilakukannya untuk membangun usaha. Kini di usianya yang tak lagi muda, Yanto berharap anak sulungnya, Dimas, sanggup meneruskan usahanya dan menyerap banyak ilmu darinya.
BCA Senantiasa di Sisi Anda
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Tekun Dan Kerja Keras, Yanto Sukses Jadi Juragan Ikan Di Jatiluhur"
Posting Komentar