Cerita Tkw Korban Tppo Di Suriah: Mengadu Ke Kbri, Tapi Dimaki
Rabu, 10 April 2019
Tulis Komentar
Konten [Tampil]
Jakarta -Seorang wanita asal Tangerang berinisial EH menjadi korban perdagangan orang oleh jaringan TKI ilegal ke Suriah. EH sempat meminta santunan kepada pihak Kedutaan Besar RI di Suriah, tapi malah dimaki oleh staf KBRI.
EH dihadirkan Bareskrim dalam rilis masalah pengungkapan 4 sindikat TPPO ke Timur Tengah yang digelar di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (9/4/2019). EH awalnya bercerita ia kabur dari rumah majikan sebab tak digaji.
"Saya kabur pribadi ke Kedutaan. Di sana saya menerima perlakuan tidak lezat dari orang Kedutaan. Di sana saya baik-baik minta pertolongan. Tapi apa jawabannya di sana? Malah mencaci maki saya. Menghina saya dan memulangkan saya ke agen," dongeng EH dengan bunyi bergetar kepada wartawan.
EH kemudian menirukan percakapannya dengan oknum staf KBRI di Suriah itu. Percakapan itu dimulai ketika EH dan temannya asal Lombok, NTB, yang juga tak dibayar gajinya tiba di KBRI di Suriah.
"Tidak digaji tapi badan kau kan sehat, tidak kena pukul, tidak kena apa. Enak saja kau ingin pulang. Kalau ingin pulang, tidak usah akting gitu deh. Kalau ingin pulang, sanggup tidak kau ganti uang US$ 8.000? Tahu tidak US$ 8.000 itu berapa? Rp 100 juta lebih. Kalau kau sanggup ngadain uang segitu ketika ini juga, detik ini juga, kau sanggup pulang ke Indonesia," ucap EH menirukan makian oknum staf KBRI itu.
EH tetap berusaha meminta santunan tapi tidak berhasil. Kata EH, oknum staf KBRI di Suriah tersebut bahkan mencatut nama Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Tidak bisa, itu bukan wewenang saya. Jokowi saja sudah capek mengurusi orang-orang ibarat kamu. Sudah dipulangkan, sudah tahu negara konflik, tetap saja tiba lagi. Jokowi itu sudah lelah, sudah capek, ngurusin TKW-TKW yang tidak tahu diri. Sudah dipulangin masih saja datang," ujar EH masih menirukan cacian yang diterimanya dari si oknum.
"Saya sanggup apa? Kamu kan dari negara kau dijual. Sedikit pun kau nerima uang, ya harus terima risiko. Mau dipukul, mau hidup, mau mati. Intinya, kau itu dijual. Saya tidak sanggup apa-apa," imbuh EH yang teringat kata-kata si oknum.
Singkat cerita, karenanya EH dikembalikan oleh oknum tersebut ke biro yang menampung ia di Suriah. Agen tersebut kemudian mengirim EH ke Irak. Di Irak, EH menjadi korban pelecehan seksual majikan dan anak majikan hingga hamil.
"Saya dari orang kedutaan, dikembalikan ke agen, karenanya saya dijual di Irak. Di Irak saya menerima musibah. Kalau bukan sebab orang kedutaan (staf KBRI itu), kalau bukan sebab ia tidak mau menampung saya, saya tidak akan terjadi ibarat ini. Saya hampir kena eksekusi mati, saya disiksa, saya diperkosa, saya hamil juga di dalam sel," terang EH.
EH menuturkan majikannya di Irak menuduhnya mencuri hingga kemudian ditangkap polisi tanpa bukti. Selama dipenjara, ia mengandung anak hasil pelecehan seksual itu. Karena terjerat masalah hukum, ia menerima santunan dari SEED Foundation dan dari Organisasi Internasional Migrasi (IOM).
"Kalau bukan sebab mereka, saya tidak akan ada di sini. Dari IOM menghubungi KBRI di Baghdad. Saya dipulangkan oleh KBRI Baghdad," tutur EH.
Kepahitan hidup itu ia alami pada 2018. EH mengaku awalnya ditawari bekerja di Arab Saudi dengan honor Rp 5 juta per bulan ditambah uang tips oleh seseorang yang ia sebut sebagai sponsor di kampungnya.
"Dari berangkat ke Jakarta, terus ke Surabaya. Di sana ditampung selama dua minggu, kemudian saya diberangkatkan ke Malaysia. Di sana saya bekerja tapi saya tidak digaji. Lalu saya diberangkatkan lagi ke Dubai. Di sana saya ditampung dan dipekerjakan, tapi tidak sanggup honor juga," terang EH.
Dari Dubai, EH dibawa ke Turki. EH bekerja overtime selama dua ahad tanpa digaji.
"(Lalu) dilempar lagi ke Sudan. Dari Sudan saya dilempar lagi ke Suriah. Selama di Suriah, saya kerja tiga bulan dan tidak sanggup hasil sama sekali," lanjut dia.
Terakhir, EH berpesan kepada perempuan-perempuan yang berniat menjadi TKI ilegal ibarat dirinya. Dia menyarankan semoga menolak kalau dikirim ke negara-negara di Timur Tengah.
"Intinya, cukup di saya saja. Jangan hingga ada yang lain lagi yang berangkat ke Timur Tengah. Terutama saya ingin ngomong, saya tidak sakit hati, tidak dendam, tapi masih berbekas. Kalau bukan orang kedutaan (KBRI di Suriah), saya nggak bakal terjadi begini," lirih EH.
Simak Juga "Kisah TKW di Suriah soal Penggalan Kepala di Jalanan":
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Cerita Tkw Korban Tppo Di Suriah: Mengadu Ke Kbri, Tapi Dimaki"
Posting Komentar