Poros Bahari Dunia Dan Kemitraan Strategis Indonesia-China
Selasa, 17 September 2019
Tulis Komentar
Konten [Tampil]
Jakarta -Pada 28 Agustus-4 September 2019, tergabung dalam delegasi murti-partai Indonesia, kami berkunjung ke China. Sebagai salah satu anggota dewan perwakilan rakyat RI terpilih periode 2019-2024, kami hadir mewakili Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memenuhi ajakan pemerintah China. Kami diundang untuk melihat secara pribadi banyak sekali kemajuan pembangunan China serta secara khusus mengenal dan mendalami kebijakan multilateralnya ihwal Belt and Road Initiative (BRI) yang diinisiasi Presiden Xi Jinping semenjak tahun 2013.
Menakjubkan! Itu kesan impulsif kami ketika menginjakkan kaki di China. Sebelumnya terakhir kami ke China tahun 2010 ketika World Expo di Shanghai. Untuk ukuran waktu, 10 tahun yakni waktu yang cukup lama, namun tergolong singkat jikalau dilihat dari segi kemajuan spektakuler yang dicapai China. Negara Tirai Bambu itu kini telah bangun menjadi negara modern yang mengalami transformasi besar dalam pembangunan banyak sekali aspek.
Selain ke ibukota Beijing, delegasi juga mengunjungi tiga kota industri di Provinsi Fujian, yakni Fuzhou, Quanzhou dan Shishi. Fujian yakni provinsi pertama di China yang menerapkan kebijakan reformasi dan keterbukaan ekonomi dan merupakan provinsi terdepan di China yang sukses mencapai taraf pembangunan dengan kualitas tinggi. Visi dan kebijakan pembangunan Fujian ketat menjalankan konsep Pembangunan Berkelanjutan (sustainable development) yang menekankan pada aspek "3P", yakni 'people', 'planet' dan 'profit'. Maksudnya, pembangunan berpusat-berorientasi pada insan (people), peduli pada ekologi (planet) dan mendatangkan laba (profit) bagi perusahan. Fujian sudah mengembangkan konsep 'Ekonomi Hijau' (Green Economy).
Delegasi beruntung bisa mengunjungi Fuzhou Polytechnic, sebuah universitas vokasional terpadu di Fujian. Di sana kami diperkenalkan ihwal pendidikan kejuruan dan teknis, mulai dari Jurusan Penerbangan dan Energi Terbarukan, Jurusan Rekayasa Lalulintas Perkotaan hingga Kecerdasan Buatan dan Robotika.Kami melihat pula jenis-jenis moda transportasi yang dibangun dengan teknologi modern. Juga dijelaskan sistem dan administrasi transportasi yang terintegrasi-terkoneksi.
Tidak hanya responsif terhadap perubahan zaman, desain kurikulum di China telah merancang pendidikan yang berorientasi pada kemampuan teknis-profesional-terspesialisasi. Perguruan tinggi berkontribusi besar dalam proses pembangunan. Lembaga penelitian dan pengembangan (research and development) disokong penuh untuk mendapat hasil penelitian berkualitas, sehingga digunakan sebagai ajaran bagi pembangunan.
Belt Road Innitiative
Kebijakan BRI bertujuan menghubungkan ekonomi Eurasia dalam aspek infrastruktur, perdagangan dan investasi. BRI terdiri dari dua komponen utama, yakni the Silk Road Economic Belt dan the 21st Century Maritime Silk Road. The Silk Road Economic Belt sebagai jalur darat bertujuan menghubungkan provinsi tertinggal belahan barat China dengan Eropa melalui Asia Tengah. Sedangkan the 21st Century Maritime Silk Road sebagai rute laut bertujuan menghubungkan provinsi pesisir Tiongkok yang kaya dengan daerah Afrika dan Asia Tenggara melalui pelabuhan dan jalur kereta api. Kesuksesan BRI perlu didukung infrastruktur memadai yang berfungsi menghubungkan satu sentra pertumbuhan ekonomi dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi lainnya. Konektivitas menjadi kunci kesuksesan BRI.
1 Oktober 2019, China akan berusia 70 tahun. 70 tahun kemudian China yakni sebuah negara terbelakang. Namun, 70 tahun kemudian China yakni negara terkaya kedua di dunia. 70 tahun kemudian angka cita-cita hidupnya hanya 40 tahun, kini meningkat di atas 70 tahun. China berhasil mengintegrasikan pembangunan infrastruktur, pengembangan ekonomi, peningkatan kualitas sumber daya insan (SDM) dan pengembangan budaya. China bisa hingga di titik kemajuan ini sebab pemerintah dan rakyatnya serius bernegara. Kunci utama kesuksesannya terletak pada kepemimpinan yang kuat, visi pembangunan yang terang dan etos kerja keras masyarakatnya. "Survival of the fastest", negara yang berlari paling cepat pasti menguasai dunia. China telah membuktikannya.
Loncatan kemajuan China tidak bisa dilepaskan dari sosok Deng Xiaoping. Deng arsitek utama yang menancapkan tonggak gres bagi pertumbuhan ekonomi Cina modern di final era ke-20. Ia meninggalkan kebijakan luar negeri yang tertutup (sehingga disebut Tirai Bambu) dan kebijakan luar negeri yang memakai pendekatan keamanan (stability approach) atau kekuatan militer. Dengan adonan Sistem Pasar Sosialis, ia mereformasi ekonomi di China melalui "Kebijakan Pintu Terbuka" (Open Door Policy) dengan menjalin kolaborasi ekonomi dengan negara lain.
Penerus Deng ibarat Ziang Zemin, Hu Jintao dan Xi Jinping melanjutkan kepemimpinan Deng. Pembangunan ekonomi tetap dilanjutkan dengan tetap mempertimbangkan lokalitas kebudayaannya dan melanjutkan kolaborasi internasional dengan negara lain. Kebijakan BRI merupakan inisiatif China untuk tetap membuka diri, menjalin kolaborasi secara konkrit dengan negara lain dalam banyak sekali bidang semisal ekonomi, kebudayaan, pendidikan dan teknologi. Dalam bidang pendidikan, misalnya, China kini menjadi tempat berguru para pelajar dan mahasiswa asing. Kini ada 15.000 mahasiswa Indonesia yang berguru di China. Pendidikan China terus menyuplai tenaga kerja berintegritas, handal, berdaya saing, dan melek teknologi.
China dan Indonesia
BRI yang mempunyai kaitan dengan Indonesia mempunyai ikatan sejarah panjang. Riwayat korelasi Indonesia-China telah dirintis semenjak Dinasti Ming (1368-1644). Laksamana Cheng Ho melaksanakan perdagangan dan memperkenalkan Tiongkok ke seluruh dunia. Ia meninggalkan warisan di Indonesia yang memperlihatkan sejarah diplomasi dan kolaborasi ekonomi dengan kerajaan-kerajaan Nisantara. Dalam berdagang, Cheng Ho menghormati budaya setempat, mendukung kedaulatan kerajaan dan melibatkan masyarakat lokal. Ia berperan besar mengembangkan agama Islam ke seluruh Nusantara dan diterima warga setempat sebab komitmennya terhadap moderasi keagamaan dan toleransi.
Kami juga diajak mengunjungi jejak-jejak sejarah Islam di China, contohnya ke makam suci dua sobat Nabi di Bukit Lingshan. Walau sudah berusia sangat lama, namun daerah makam sobat Nabi tampak ditata rapi, higienis dan asri. Peninggalan Islam lainnya yang kami kunjungi yakni Mesjid Qingjing di kota Quanzhou yang didirikan tahun 1009 Masehi dan merupakan mesjid tertua di China.
Konstitusi Republik Rakyat China menjamin menjamin kebebasan beragama, melindungi acara agama, sekaligus menolak instrumentalisasi agama yang mengganggu ketertiban umum. Berdasarkan riset Pew Forum on Religion & Public Life, pemeluk Islam di China mencapai 23,3 juta pada 2010. Ada sekitar 30 ribu masjid berdiri di China dengan 40 ribu imam dan pengajar muslim. Kilasan sejarah Indonesia-China seharusnya menjadi titik pijak untuk membangun sekaligus memperdalam persepsi kasatmata dan perilaku saling percaya untuk menjalin kolaborasi bilateral dan multilateral, terutama kemitraan Indonesia-China dalam BRI.
Poros Maritim Dunia
"Poros Maritim Dunia" digagas dan dicanangkan Presiden Joko Widodo sebagai visi dasar, arah dan orientasi kebijakan pembangunan Indonesia di era kepemimpinannya. Joko Widodo sadar, sebagai negara maritim besar, Indonesia belum sepenuhnya bisa mengoptimalkan potensi maritimnya. Selama ini, kebijakan nasional Indonesia selalu "memunggungi/membelakangi lautan". Melalui "Poros Maritim Dunia", dia memutar paradigma pembangunan dan berkomitmen mengakibatkan laut sebagai sumber hidup dan ruang hidup bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.
Gagasan "Poros Maritim Dunia" juga didukung fakta bahwa Indonesia yakni negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.499 ribu, luas perairan 5,9 juta kilometer persegi dengan panjang garis pantai 81 ribu kilometer. Potensi itu menempatkan Indonesia sebagai negara dengan karunia sumber daya alam kelautan besar, termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non-hayati. Laut mempunyai arti sangat strategis, baik secara ekonomis, politis maupun pertahanan-keamanan. Joko Widodo juga sadar bahwa remaja ini tengah terjadi transformasi besar era ke-21, yakni bergesernya sentra gravitasi geo-ekonomi dan geo-politik dari Barat ke Asia Timur. Sekitar 40 persen perdagangan dunia ada di daerah ini.
Negara-negara Asia sedang bangun dan Indonesia berada sempurna di tengah-tengah proses perubahan strategis itu, baik secara geografis, geo-politik, geo-ekonomi. Untuk menjalankan konsep "Poros Maritim Dunia", Indonesia butuh kolaborasi dengan negara lain. Potensi kelautan tentu tidak bisa hanya digunakan untuk ekspor, tetapi harus mempunyai prospek menuju industrialisasi kelautan. Industrialisasi kelautan harus ditopang infrastruktur mumpuni. Pemerintah wajib mengerjakan proyek-proyek infrastruktur kelautan supaya terkoneksi jalur antar-pulau. Maka, membangun "Tol Laut" yakni upaya Presiden menghubungkan dan melancarkan mobilitas barang, jasa, insan antar-pulau.
Kami yakin konsep "Jalur Sutra Maritim Abad ke-21" Presiden Xi Jinping mempunyai kesamaan visi dan orientasi dengan inspirasi "Poros Maritim Dunia" Presiden Joko Widodo. Untuk mengetahui sejarah Jalur Sutra Maritim Kuno, kami mengunjungi Museum Maritim Quanzhou yang didirikan tahun 1959. BRI sejalan dengan visi "Poros Maritim Dunia" sebab berkaitan dengan tiga dari lima pilar yang terdapat pada visi Poros Maritim Dunia, yaitu konektivitas maritim, ekonomi maritim dan budaya maritim. Pembangunan infrastruktur maritim diperlukan meningkatkan konektivitas jalur maritim di seluruh pelosok nusantara, yang kemudian berdampak terhadap acara ekonomi maritim Indonesia untuk pemerataan dan keadilan pembangunan. Kerja sama maritim Indonesia-China diperlukan sanggup mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia, mendorong pemanfaatan ekonomi berbasis maritim melalui sektor pariwisata bahari, sehingga sanggup mewujudkan budaya maritim.
Melalui BRI, Indonesia berpotensi mendapat sumber investasi untuk pendanaan dan pembangunan infrastruktur maritim yang berasal dari AIIB. Bahkan khusus untuk Indonesia, China memperlihatkan penawaran untuk mendanai sejumlah proyek infrastruktur. Untuk anggaran infrastruktur 2015-2019, misalnya, Indonesia membutuhkan dana sebesar Rp. 4.796 triliun. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 40% yang sanggup disokong APBN dan APBD, sehingga bagan pembangunan yang ditawarkan China sanggup menjadi salah satu sumber pendanaan pemerintah Indonesia.
Tiongkok yakni negara dengan perdagangan terbesar, sehingga mempunyai korelasi ekonomi yang baik dengannya yakni keharusan. Maka, percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga dipengaruhi oleh kualitas hubungannya dengan Tiongkok. Kerja sama ekonomi mengakibatkan saling ketergantungan (interdependensi), sehingga sanggup meminimalisir konflik dan memperlihatkan manfaat timbal-balik bagi kedua negara. Kerja sama ekonomi Indonesia-China tidak hanya akan menghasilkan kesejahteraan, tetapi juga berkontribusi bagi penciptaan tatanan dunia yang damai. Indonesia butuh Tiongkok, Tiongkok butuh Indonesia. Sinergi keduanya harus terus ditingkatkan kualitas dan cakupannya.
Akhirnya, kesuksesan Indonesia menjalin korelasi internasional sangat tergantung pada bagaimana dinamika dan situasi politik domestik. Diplomasi internasional butuh kesatuan serta soliditas para pengambil kebijakan dan pelaku politik domestik dalam visi dan implementasi. Jika jagat politik domestik lebih sering konflik, peluang-peluang internasional akan lepas dari genggaman. "Foreign policy begins when domestic politics end". Jika "rumah tangga" bangsa Indonesia bersatu-solid, diplomasi internasional akan efektif-konstruktif memainkan kiprahnya dalam percaturan ekonomi-politik global.
Yohanis Fransiskus Ansy Lema anggota dewan perwakilan rakyat RI Periode 2019-2024 Fraksi PDI Perjuangan
Tulisan ini yakni kiriman dari pembaca detik, isi dari goresan pena di luar tanggung jawab redaksi. Ingin menciptakan goresan pena kau sendiri? Klik di sini sekarang!
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Poros Bahari Dunia Dan Kemitraan Strategis Indonesia-China"
Posting Komentar