Cerita Diah, Balik Kampung Ke Way Kanan Kembangkan Ukm Olahan Ikan
Kamis, 17 Oktober 2019
Tulis Komentar
Konten [Tampil]
Way Kanan -Beberapa masyarakat kampung di Kabupaten Way Kanan, Lampung menentukan merantau untuk mencari pekerjaan sesudah lulus sekolah atau kuliah. Mereka menjadi pekerja pabrik dan ada juga yang pembantu rumah tangga serta pekerjaan lainnya.
Selain itu, orang renta juga menjadi faktor pendorong seorang anak merantau di mana contohnya menerima pekerjaan di kota besar ibarat Jakarta menjadi privilege tersendiri buat satu keluarga di kampung.
Hal inilah yang dialami Halimatussa'diyah (40) yang sekarang mengelola perjuangan rumahan olahan ikan Dapur Way Kanan di Kampung Tiuh Balak I, Kecamatan Baradatu, Kabupaten Way Kanan, Lampung.
"Hati aku tetap kampungan, aku ingin balik ke kampung. Akhirnya aku atur waktu, butuh modal, sempat ada hambatan di anak-anak.Alhamdulillah tahun 2017 sanggup balik ke sini, di kota enggak banget," ucap Diah dikala ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Foto: Nurcholis Maarif/detikcom |
Diah kemudian mulai merintis wirausaha olahan ikan dengan dua merk awal cheesy fish dan lele kriuk. Ide ini terinovasi dari anak-anaknya yang sedang menyesuaikan diri dengan kebiasaan makan antara di kota dan di kampung.
Ia juga mencoba mengajak ibu-ibu di kampungnya untuk bergabung dan bekerja sama berwirausaha dari dapur. Namun, ia kesulitan sebab menurutnya mindset ibu-ibu tetangganya banyak yang lebih menentukan jadi karyawan daripada berbagi perjuangan sendiri.
"Pertamanya prihatin, enam bulan di sini melihat ibu-ibu kegiatannya begitu. Ngajak itu enggak semudah itu, ada yang bilang lu yummy lu lulusan bank. Oh salah, aku tidak memakai modal itu. Saya ibu rumah tangga, uangnya sanggup dari dapur lho," ucap Diah.
"Satu tahun aku coba paksakan, tapi tidak bisa. Mindset mereka berpikir ibu-ibu di rumah sanggup mampu duit itu susah, mereka maunya gajian lah, maaf-maaf kaya jadi buruh lah," imbuhnya.
Sampai dikala ini Dapur Way Kanan memproduksi 10 varian olahan ikan, yang kering dan berair di antaranya abon lele, peyek lele, steak lele, ikan asap, bola-bola ikan, bakso ikan, nugget ikan, cheesy fish, dan lele kriuk.
Adapun range harganya dari Rp 10 ribu sampai Rp 70 ribu. Kata Diah, Dapur Way Kanan juga sudah memiliki reseller dan sudah dipasarkan sampai Bandar Lampung dan Jabodetabek.
Berdasarkan penilaian dan kalkulasinya, kata Diah, tidak sanggup menggaji banyak karyawan untuk perjuangan rumahan ibarat Dapur Way Kanan. Namun, ia juga ingin usahanya berkembang yang berarti membutuhkan tenaga lebih banyak.
"Ngobrol lah sama teman dan ngajakin ke Dinas PMK. Maju mundur elok tuh, nekat aja, kontak pak Ali, kebetulan ada pak kadis juga dikala itu. Boleh deh kita buat BUMDes, kita setuju dengan unit usahanya ikan," ucap Diah.
"Sudah terperinci alokasi dananya, tidak hanya hilirnya saja, tetapi hulunya juga. Hilirnya sudah siap pasar, tinggal nanti tahun 2020 main di hulunya sehingga sanggup semua elemen usaha. walaupun nanti penduduk tidak perjuangan sendiri, tapi kita sanggup menggaji mereka sebab ada partner dari pemerintah sebab ada cost tadi," jelasnya.
Lebih lanjut Diah menjelaskan yang dimaksud hulunya yaitu budidaya ikan yang nantinya dikembangkan untuk produksi dengan memberdayakan cowok kampung setempat. Sedangkan untuk produksi akan melibatkan ibu-ibu rumah tangga.
"Kita sudah harus cari pasar di luar sini. Lewat BUMDes, kita berharap ibu-ibu dalam satu hari sanggup pegang Rp 50 ribu saja, taraf ekonomi meningkat. Rp 50 ribu itu cukup asal sanggup manage uang," ujarnya.
Foto: Nurcholis Maarif/detikcom |
"Harapan saya, semua warga tidak keluar dari sini, anak mudanya ada di sini. Mindset orang renta itu kerja di Jakarta itu wah. Padahal jika di BUMDes anak juga sanggup mampu duit, mereka kerja, mereka dihargai. Akhirnya masyarakat di sini bukan tenaga operasional, tetapi manajer yang mengelola karyawan dari lain," pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan Kepala Kampung Tiuh Balak I Fuad (39), gereget pembuatan unit perjuangan BUMDes harus tiba dari masyarakat selain pemerintah kampung. Kata Fuad, siap menampung harapan masyarakat yang ingin berbagi perjuangan lewat BUMdes.
Ia mendorong masyarakat setempat yang secara umum dikuasai petani untuk bergerak ke wirausaha. Apalagi menurutnya, Kecamatan Baradatu yang dilalui Jalur Lintas Sumatera tengah merupakan sentra ekonomi di Way Kanan.
"Selama ini toko di pinggir jalan itu dari pendatang, warung yang ada kok diisi orang luar. Kami memikirkan caranya, ibu-ibu PKK di daerah kita untuk mengisi itu semua maupun anak mudanya," ucap Fuad.
Adapun informasi lainnya dari Kemendes PDTT sanggup dicek di sini.
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Cerita Diah, Balik Kampung Ke Way Kanan Kembangkan Ukm Olahan Ikan"
Posting Komentar