Sucipto, Sosok Laki-Laki Yang Dikenal Pembela Pekerja Migran Indonesia
Selasa, 26 Maret 2019
Tulis Komentar
Konten [Tampil]
Blitar -Penampilannya sederhana, menyerupai umumnya orang desa. Namun perannya membela para pekerja migran Indonesia diakui negara. Dipastikan, laki-laki ini akan dihubungi pertama kali oleh pekerja migran yang tersandung duduk masalah di luar negeri. Bukan instansi pemerintah yang ada.
Dialah Sucipto. Pria berusia 51 tahun ini merupakan warga Desa Kebonduren, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Kiprahnya memperjuangkan hak para pekerja migran dimulai semenjak tahun 2010 lalu.
"Saya dulu juga TKI. Saya jadi pelaut 10 tahun di Singapura. Saya tahu persis, bagaimana perlakuan yang diterima pekerja migran di Thailand, Hong Kong dan sekitarnya. Miris hati saya. Mereka diperalat korporasi dan pemerintah masih menempel dengan perusahaan," kata Sucipto dikala berbincang dengan detikcom, Senin (25/3/2019).
Sucipto pulang kembali ke Indonesia tahun 2007. Dengan modal yang dikumpulkan, beliau membeli lahan sawah dan beralih profesi menjadi petani.
Sucipto mengaku sangat prihatin dengan kondisi yang dialami para pekerja migran. Apalagi kalau mereka berlatar belakang pendidikan rendah dan berangkat keluar negeri melalui jalur ilegal. Bagi Sucipto, menggalang kekuatan untuk membela sesama pekerja migran harus segera dilakukan.
"Kita harus bersikap. Kita harus berani bangun membela hak-hak kita sendiri. Kalau bukan kita sendiri, pada siapa kita bergantung," tandasnya.
Bapak dari tiga anak ini berkisah awal mula membela pekerja migran, dari masalah di Arab Saudi. Saat itu pekerja migran sakit kemudian meninggal meninggal dunia. Namun alasannya yaitu berangkat secara ilegal, pemerintah terhalang regulasi untuk mengurusinya.
"Bisa tidak di sini G to G. Goverment to goverment. Bukan perusahaan to perusahaan. Dari duduk masalah ini, kami bentuk jaringan di tiap negara tujuan, kami swadaya mengumpulkan dana untuk memulangkan mayat mitra di Saudi Arabia," ungkapnya.
Dengan membentuk koordinator di tiap negara tujuan PMI bekerja, memudahkan Sucipto memberikan permasalahan dan menemukan solusinya. Jika duduk masalah yang dihadapi harus berhadapan dengan institusi pemerintah, Sucipto gres menghadap instansi terkait untuk mendapat jawabannya.
"Saya ini bekerjsama semacam mediator saja. Ketika bermasalah, mereka menghubungi saya dapat 24 jam. Sedangkan kalau melalui instansi pemerintah, sering dibatasi jam dan hari kerja. Belum lagi kalau mereka ilegal, malah tidak tahu apa-apa. Tahunya saya dapat ngatasi deh masalahnya. Dan saya tidak pernah menarik seperpun bayaran untuk itu semua," ungkapnya sambil tertawa.
Rasa iba dan nyaman dapat memberi bantuan, makin menghantarkan laki-laki yang kini bertani ini ke permasalahan lain yang dihadapi para pekerja migran. Baginya permasalahan pekerja migran di Indonesia menyerupai mencuci piring saja.
"Kasusnya sama. Hanya orangnya yang ganti. Harapan saya, ya jangan begitu saja. Kasus modelnya selalu sama. Saya menyerupai basuh piring saja," ucapnya.
Kasus yang selalu terulang itu yaitu penipuan, tidak dibayar, berangkat secara ilegal, sakit tidak dapat pulang dan hilang kontak. Dia pun mengharap, pemerintah gerah dengan permasalahan ini dan menciptakan kebijakan yang berpihak kepada warga negaranya sendiri.
"Buatlah pemerintah jaringan hingga ke akar rumput. Jangan hanya di permukaan saja. Karena perekrutan pekerja migran biasanya mandor. Dan mandor membawa pekerja migran ilegal. Seandainya Indonesia mau menutup jalan tikus, maka kita dapat membuka jalan gajah. Karena duduk masalah tenaga kerja, Indonesia maupun negara tujuan, sama-sama saling membutuhkan," pungkasnya.
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Sucipto, Sosok Laki-Laki Yang Dikenal Pembela Pekerja Migran Indonesia"
Posting Komentar