Potret Buram Ijab Kabul Para Buruh Migran Di Blitar
Sabtu, 15 September 2018
Tulis Komentar
Konten [Tampil]
Blitar -Mimpi indah Sumiati membangun rumah indah dan keluarga samawa, pupus sudah. Padahal perempuan berusia 44 tahun ini rela meninggalkan negara dan anak semata wayangnya untuk menjadi buruh migran.
Mimpi itu dikoyak kelakuan bejat suaminya sendiri. Uang hasil jerih payahnya bekerja di negeri orang, habis tak tersisa untuk berjudi dan main perempuan. Bahkan, akta rumahnya di Kecamatan Bence, Kabupaten Blitar juga masuk gadai.
"Saya tiga kali berangkat jadi TKI. Yang pertama di Singapura satu tahun. Saat itu anak saya masih berusia satu tahun. Sempat pulang enam bulan kemudian balik lagi, tapi ke Taiwan selama 2 tahun. Hasil di Taiwan sanggup buat bikin rumah," ujar Sumiati mengawali dongeng kelamnya, Sabtu (15/9/2018).
Saat pulang dari Taiwan, beliau gres mengetahui kalau akta rumah telah digadaikan suaminya. Katanya untuk bayar utang materi material rumah. Sumiati dikala itu percaya pada suaminya.
Lalu beliau berangkat lagi ke Hong Kong dengan masa kontrak kerja selama 4,5 tahun. Namun dikala pulang dari Hong Kong, Sumiati melihat sendiri kelakuan bejat sang suami bersama perempuan lain di rumahnya sendiri.
"Pas pulang saya memang gak ngabari dulu. Saya ingin bikin kejutan buat anak dan suami. Ternyata malah sebaliknya. Suami saya sedang bersama perempuan lain. Begitu tahu saya pulang, mereka berdua lari dengan membawa uang kiriman saya sebesar Rp 250 juta," ucapnya menahan duka.
Tanpa berpikir panjang, Sumiatipun mengurus somasi cerai. Dia bersemangat untuk secepatnya move on. Selama empat tahun menjanda, Sumiati kembali menikah dengan seorang duda beranak satu.
"Satu tahun menikah, saya minta izin menjadi TKI lagi. Dia mengizinkan dan saya pergi ke Taiwan selama 2,4 tahun. Ternyata, saya sanggup kabar sama poto kalau kelakuan suami kedua sama saja dengan yang pertama. Saya dan anak saya, juga tidak sanggup menikmati uang Rp 120 juta hasil jerih payah saya. Untuk kedua kalinya, saya putuskan menggugat cerai lagi," ungkapnya.
Kasus serupa juga dialami Rustiani. Wanita berusia 33 tahun ini merupakan warga Desa Pasirharjo, Kecamatan Talun. Niatnya mencari modal dengan menjadi buruh migran, hancur awut-awutan akhir ulah bejat suaminya.
"Selama empat tahun saya kerja di Hong Kong. Tiap daerah bulan saya kirim uang Rp 5 juta. Tapi perjuangan saya sia-sia. Semua habis untuk main judi dan perempuan. Bukan modal perjuangan yang saya dapat, tapi malah rumah tangga dan ekonomi tambah hancur berantakan," kata ibu dengan satu anak ini.
Dari pengalaman itu, baik Sumiati maupun Rustiani tidak punya cita-cita bekerja lagi di luar negeri. Kisah buram kedua perempuan ini, merupakan cerminan betapa buramnya kesepakatan nikah buruh migran asal Blitar.
Data Pengadilan Agama (PA) Blitar mencatat, semenjak Januari sampai Juli, sudah ada 1.841 pengajuan perceraian. Dari 1.841 pengajuan yang masuk, sebanyak 1.129 merupakan pengajuan cerai gugat dilakukan oleh pihak perempuan. Sedangkan 712 sisanya merupakan pengajuan cerai talak oleh pihak pria.
Menurut Ketua Perkumpulan TKI Purna dan Keluarga TKI (Pertakina) Sulistyaningsih, dari jumlah itu 80% merupakan perkara yang melibatkan buruh migran wanita.
Tonton juga 'Protes Eksekusi Mati Zaini, Migrant Care Demo di Kedubes Saudi':
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Potret Buram Ijab Kabul Para Buruh Migran Di Blitar"
Posting Komentar